Kebijakan Pengolahan Limbah Nasional Australia

Tiap negara memiliki kebijakannya masing-masing dalam pengolahan limbah. Dan tiap kebijakan tersebut disesuaikan dengan kondisi negara dan akhirnya berintegrasi dengan kebijakan/rekomendasi yang sifatnya global, seperti misalnya panduan dari PBB melalui UNEP. Australia, sebagai salah satu negara maju, memiliki kebijakan yang merangkum kerangka besar pengolahan limbah.

Kebijakan Limbah Nasional Australia memaparkan sebuah pendekatan pengolahan limbah yang baru, koheren, efisien, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kebijakan yang disepakati oleh semua kementerian pemerintah Australia pada November 2009, dan diabsahkan oleh Dewan Pemerintah Australia, menyusun arah pengolahan limbah dan perbaikan sumber daya Australia hingga tahun 2020

Tujuan Kebijakan Limbah Nasional

  • menghindari multiplikasi limbah dan mengurangi jumlah limbah pembuangan
  • mengolah limbah sebagai sumber daya
  • memastikan bahwa pengolah limbah, pembuangan, perbaikan, dan penggunaan ulang limbah dilaksanakan secara aman, ilmiah, dan ramah lingkungan
  • berkontribusi terhadap pengurangi emisi gas rumah kaca, konservasi energi dan produksi, efisiensi air, dan produktivitas penggunaan tanah

Area Kunci Kebijakan Pengolahan Limbah

Dalam kebijakan ini pemerintah Australia menyusun 6 area kunci yang menjadi landasan dari kebijakan limbah nasional yaitu:

  • Mengambil tanggung jawab – Pembagian tanggung jawab bersama untuk menjaga lingkungan, kesehatan dan keamanan produk, serta materual antar rantai manufaktur-suplai-konsumsi dibagi.
  • Meningkatkan pasar – Pasar Australia yang efektif dan efisien beroperasi untuk perbaikan sumber daya, dengan menggunakan teknologi lokal dan inovasi bersifat internasional.
  • Mempertahankan keberlanjutan – Mengurangi jumlah limbah dan meningkatkan penggunaan limbah untuk mencapai keuntungan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
  • Mengurangi bahaya & risiko – Mengurangi konten beracun dan berbahaya dari limbah dengan perbaikan, penanganan, dan pembuangan limbah yang konsisten, aman, dan terbuka
  • Membuat Solusi – Meningkatkan kapasitas kawasan, mengawasi dan melibatkan komunitas tradisional dalam pengolahan limbah, perbaikan, dan penggunaan ulang sumber daya
  • Memberikan bukti – Pengumpulan data dan informasi yang akurat dan lengkap untuk mengukur kemajuan serta mengedukasi komunitas dalam praktik maupun kebijakan pengolahan limbah itu sendiri.

(diedit & diterjemahkan dari http://www.environment.gov.au/wastepolicy/about/index.html)

Kebijakan Limbah Industri Konstruksi

Secara umum, limbah industri merupakan substansi buangan sebagai hasil dari proses produksi yang tidak digunakan lagi. Tiap praktik industri menghasilkan limbah dalam bentuk-bentuk yang berbeda, benda padat, cair, maupun berupa gas. Dalam industri konstruksi, limbah juga dihasilkan oleh tiap proyek, baik itu pembangunan maupun pembongkaran. Limbah industri konstruksi ini juga diatur dalam undang-undang, di mana salah satu bagian yang menarik dari negara Indonesia adalah pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertanian Indonesia juga memiliki peraturan pelaksanaan untuk menjaga lingkungan. Kebijakan konstruksi ini meliputi 3 hal, pra-kontruksi, proses konstruksi, dan paska konstruksi, di mana ketiganya saling berhubungan dan memiliki peraturan yang saling mempengaruhi. Pelaksanaan kebijakan ini adalah tanggung jawab kontraktor dan meliputi beberapa hal penting.

Memasukkan Environmental Codes of Practice dalam spesifikasi kontraktor sekaligus menaati semua peraturan lingkungan selama proses kontruksi berlangsung

Kebijakan ini berkaitan dengan usaha pemerintah untuk memastikan bahwa kontraktor terikat secara legal kepada peraturan pemerintah terkait dampak proses konstruksi termasuk limbah industri yang dihasilkan. Beberapa material seperti kayu, besi, maupun barang barang lainnya perlu ditangani secara bijak agar setelah proses konstruksi selesai, proyek tidak meninggalkan dampak buruk terhadap lingkungan. Panduan awal ini juga untuk memberikan kesempatan bagi para kontraktor untuk dapat melakukan proyek konstruksi dengan tanggung jawab kepada pemerintah, masyarakat sipil, maupun lingkungan. 

Penghentian proyek ketika ditemukan artefak budaya

Hal ini juga menjadi acuan kebijakan yang ditawarkan pemerintah mengingat banyak situs artefak Indonesia yang masih belum ditemukan dan dilacak dengan baik karena tertimbun dalam tanah selama ratusan/ribuan tahun. Pengerjaan proyek konstruksi tidak boleh dilanjutkan jika kontraktor menemukan artefak. Penemuan ini harus dilaporkan kepada pemerintah dan tentu hal ini dimasukkan pada kontrak kontruksi.

Penanganan Limbah B3

Pengolahan limbah industri yang beracun juga menajdi tanggung jawab kontraktor di mana pengolahannya harus menaati peraturan yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Limbah industri konstruksi yang berbahaya antara lain gips, cat tembok, bahan bakar mesin, drum penyimpan, dan lain-lain. Kontraktor harus menjamin bahwa limbah industri yang beracun dan berbahaya diolah dengan tepat.

 

Circle of Blue: Solusi Pengolahan Air

Circleofblue.org didirikan pada tahun 2000 oleh beberapa jurnalis dan ilmuwan yang menyediakan berbagai informasi relevan, dapat dipercaya, dan aksi yang dapat dilakukan mengenai berbagai krisis sumber data alam dunia. Dengan fokus yang diperhatikan pada air dan hubungannya dengan pangan, energi, dan kesehatan. Circle of Blue telah menciptakan model laporan, pengumpulan data, desain, dan mengumpulkan berbagi informasi untuk kemudian menghasilkan metode ilmu pengetahuan, kolaborasi, inovasi, dan tanggapan yang dibutuhkan oleh dunia. Berangkat dari inisiatif ini Circle of Blue melihat adanya mismanajemen dalam pengolahan air di negara berkembang yang kemudian dapat menyebabkan krisis kelangkaan air di masa depan.

Maka dari itu Circle of Blue memiliki beberapa rekomendasi yang mengacu pada pengolahan air yang lebih baik yaitu:

Meningkatkan praktik irigasi dan agrikultur
Sekitar 70& air bersih dunia digunakan untuk pertanian. Dengan meningkatkan cara kerja irigasi maka kesenjangan antara penyediaan dan permintaan air dapat dijembatani. Dalam beberapa kasus sistem irigasi yang tidak dikelola dengan baik juga membuat petani tidak dapat menghasilkan produk pangan yang baik. Dengan pengolahan air irigasi secara tepat, krisis pangan maupun air dapat dicegah sekaligus.

Melihat komunitas dan kemitraan
Organisasi komunitas mampu memberikan pengalaman dalam hal suara dan opini yang lebih mampu mempengaruhi masyarakat banyak. Sebagai contoh pada April 2010, kelompok tradisional Bolivia mengadakan konferensi perubahan iklim alternatif, yaitu sebuah pertemuan yang ditujukan untuk mempercepat kemitraan internasional antar kelompok. Metode ini tidak hanya membangun kesadaran masyarakat tradisional mengenai pengolahan air namun juga mampu memberikan anjuran bagi otoritas untuk menciptakan kemitraan dengan pihak lain juga.

Mengembangkan dan mengaplikasikan kebijakan dan regulasi yang lebih baik
Pengolahan air dan kelangkaannya mampu membawa dampak pada ketahanan pangan dan polusi. Melihat korelasi ini, pemerintah perlu meredefinisi peran mereka. Pemerintah AS mempertimbangkan pelebaran The Clean Water Act untuk menjamin proteksi yang lebih luas lagi. Presiden Vladimir Putin memberlakukan penghentian limbah di Danau Bikal Rusia, salah satu sumber air bersih dunia. Pemerintah perlu mengambil peran untuk menjamin proses pengolahan air bersih yang tepat sehingga masyarakat mendapatkan akses dan kelangkaan air dapat diminimalisasi.

PBB: Limbah Industri Medis Menjadi Masalah

Menurut seorang ahli hak asasi manusia PBB, limbah industri medis merupakan masalah yang sedang bertumbuh di seluruh dunia, membahayakan kesehatan para staff, pasien, pegawai limbah dan orang-orang yang melakukan kontak dengan material beracun yang dibuang oleh rumah sakit dan situs kesehatan lainnya.

Calin Georgescu, reporter spesial PBB untuk hak asasi manusia dan limbah beracun, menyampaikan laporan di mana beliau memberikan peringatan bahwa dunia tidak menaruh perhatian penuh pada permasalahan yang disebabkan oleh limbah industri medis.

“Sekitar 20-25% dari total seluruh limbah yang diproduksi oleh pusat kesehatan diperhitungkan sebagai limbah B3 dan mampu menciptakan berbagai risiko kesehatan dan lingkungan jika tidak diolah dan dibuang dengan cara yang tepat,” sahutnya.

Limbah industri medis mengandung berbagai material beracun, seperti limbah infeksi, limbah anatomikal dan mengandung penyakit, produk kimia kadaluarsa dan material farmasi, material radioaktif, serta segala instrumen/peralatan yang sudah tidak digunakan.

Permasalahan ini muncul di negara-negara berkembang, di mana jumlah limbah industri medis yang dihasilkan meningkat secara cepat seiring dengan meningkatnya jasa kesehatan di negara-negara tersebut. Namun secara finansial dan teknologi, negara-negara tersebut tidak mampu menyediakan pengolahan limbah industri yang baik.

“Limbah industri medis beracun yang dibakar pada skala kecil akan menghasilkan abu pembuangan dan emisi dioksin, yang 40.000 kali lebih tinggi dari batas yang telah ditentukan konvensi internasional,” kata Georgescu.

Reporter khusus mencatat bahwa benda tajam yang telah terkontaminasi merupakan atensi utama, dengan jarum suntik yang tidak dikelola dan mengandung patogen akan berakibat pada penyebaran virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV.

“Maka dari itu, tiap tipe limbah industri medis yang beracun mewakili bahaya yang dapat merusak hak asasi manusia,”

Georgescu juga telah membuat serangkaian rekomendasi untuk mengurangi ancaman akibat limbah industri medis, termasuk mengajukan perkembangan legal internasional dalam pengelolaan dan pembuangan limbah serupa serta mengganti metode pembakaran limbah medis dengan metode yang lebih ramah lingkungan.

(diedit dan diterjemahkan dari http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=39543&Cr=toxic&Cr1#.UdpX2z6hIgw)

Pengolahan Air Melalui TEST

UNIDO (United Nations Industrial Development Organization) sebagai organisasi yang berinisiatif menciptakan lingkungan produksi industri menjadi lebih baik, memiliki beberapa strategi dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah dengan menyalurkan teknologi dan praktik industri untuk meningkatkan produktivitas air dan mencegah efek industri terhadap kuantitas maupun kualitas air. Bagi UNIDO, pengolahan air untuk masa depan perlu ditindaki dengan teknologi yang mampu membantu konservasi air sungai, danau, tanah, dan air pantai. 

Berangkat dari hal tersebut UNIDO mengeluarkan beberapa proyek teknologi, salah satunya adalah TEST (Transfer Environmentally Sound Technologies). TEST mendukung manajemen bunyi dalam penggunaan sumber daya pada industri untuk menimalisasi penggunaan, memaksimalisasi produktivitas, dan mempromosikan zero discharge, melalui demonstrasi praktik-praktik terbaik, aplikasi teknologi bersih, dan pembangunan apasitas. Dari program ini diharapkan pelaku industri dapat berkontribusi pada pengolahan air yang lebih baik di mana penggunaan air pada indutsri tidak berlebihan dan dapat digunakan secara efektif.

Pada implementasinya, pendekatan TEST didasarkan pada tiga prinsip utama:

Level Proses
Tingkat ini memberikan prioritas pada pendekatan pencegahan melalui Cleaner Production, sebuah aksi pencegahan sistematis yang didasarkan pada teknik pencegahan polusi selama proses produksi. Pada tingkat ini pencegahan polusi mencakup semua hal baik itu tanah, udara, maupun air. Bahkan dalam pengolahan air dalam proses produksi diharapkan tidak mengurangi kuantitas suplai air secara signifikan tanpa ada tindakan konservasi lebih lanjut. Level ini juga mempertimbangkan adanya transfer teknologi tambahan untuk mengontrol polusi setelah program CP telah dieskplorasi.

Level Sistem Manajemen
Pada level ini pendekatan TEST yang terintegrasi ditujukan pada aspek manajerial dalam pencegahan manajemen lingkungan. Tingkat ini menciptakan adanya sistem informasi yang dibutuhkan mengenai material relevan, energi, dan aliran pendanaan maupun finansial yang berhubungan dengan tingkat strategis maupun operasional perusahaan. Secara singkat ada sistem yang diciptakan untuk menyebarkan data maupun info yang nantinya akan diimplementasikan dalam produksi termasuk bagaimana pengolahan air secara sistematis diaplikasikan.

Level Strategis
Tingkat ini membutuhkan elemen perusahaan industri yang lebih tinggi lagi di mana tanggung jawab sosial perusahaan menjadi salah satu elemen yang berkontribusi utama. Dengan menjalankan CSR secara tepat, produksi dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Bahkan bagaimana sistem pengolahan air dirancang, dapat diimplikasikan juga pada tingkat ini.

Permasalahan Pengolahan Air untuk Irigasi

Irigasi merupakan salah satu metode yang digunakan oleh industri agrikultur untuk memproduksi makanan. Tiap negara memiliki kebijakan dan metodenya masing-masing dalam pengolahan air untuk irigasi. Indonesia sebagai negara yang menggantungkan dirinya pada hasil agrikultur tentu juga memiliki kebijakan dan strategi konservasi air. Apalagi kebutuhan air untuk irigasi di Indonesia terhitung sangat besar. Namun tentu terdapat permasalahan yang muncul dari pengolahan air untuk irigasi ini, seperti:

Banyaknya Institusi yang Terlibat
Pada mulanya pembangunan dan pengolahan air untuk irigasi di Indonesia difokuskan pada konstruksi infrastruktur. Namun hal ini menyebabkan pembangunan irigasi tidak dapat bertahan lama. Maka pemerintah pun mengeluarkan kebijakan yang memungkinkan adanya partisipasi komunitas setempat dalam implementasi pembangunan dan manajemen sumber daya alam maupun irigasi. Meskipun kebijakan adalah elemen penting, institusi yang memimpin berjalannya pembangunan irigasi juga diperlukan. Dan di Indonesia, tidak ada inistitusi yang memimpin. Pada level nasional saja, irigasi dipegang oleh 5 kementerian (Kementerian Agrikultur, BAPENAS, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan). Dari kelima kementerian ini tidak ada satupun kementerian yang ditunjuk menjadi pemimpin sehingga menyebabkan munculnya kesulitan pertanggungan jawab proyek irigasi.

Lemahnya Sumber Daya Manusia
Pengolahan air untuk irigasi membutuhkan orang-orang yang berkompetensi di bidangnya, baik itu dalam perancangan strategi maupun pada pembangunan konstruksi dan aset. Namun di Indonesia, perekrutan pekerja tidak dijalankan dengan baik sehingga membuat pekerja dapat keluar-masuk proyek irigasi dengan bebas. Hal ini menjadi permasalahan apalagi jika tidak didukung dengan pelatihan yang benar dan penjaga kualitas sumber daya manusia. Akhirnya proyek irigasi tidak dapat dijalankan secara profesional dan menjadi proyek serabutan saja.

Degradasi Lingkungan
Jumlah populasi masyarakat Indonesia yang meningkat setiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan lahan perumahan yang lebih tinggi. Pembangunan ini menyebabkan adanya konversi dari tanah agrikultur menjadi keperluan lain. Isu lingkungan lain yang juga berpengaruh pada irigasi adalah suplai air dan deteriotasi batas air. Hal ini tentu berhubungan dengan bagaimana selama ini pengolahan air dijalankan.

Limbah Industri Tekstil

Tahukah Anda bahwa kurang lebih ada 12 juta ton limbah industri tekstil yang dihasilkan tiap tahunnya di Amerika Utara? 5% penghuni tempat pembuangan sampah akhir adalah limbah tekstil. Dengan jumlah yang besar ini, tentu limbah pakaian yang tidak diolah dan dikurangi dengan signifikan akan membawa dampak yang buruk bagi lingkungan.

Industri daur ulang limbah pakaian merupakan salah satu industri daur ulang yang pernah dibentuk dan kinerja industri ini benar-benar efisien. Faktanya, 93% semua limbah industri tekstil mampu didaur ulang dimana 35% kembali menjadi pakaian siap pakai, 33% menjadi benang proses, 25% menjadi kain pembersih dan 7% menuju pembuangan darat. Namun dengan jumlah pemakaian sandang yang semakin meningkat, jumlah limbah pun juga semakin meningkat.

Pencegahan Limbah Industri Tekstil

Mencegah peningkatan jumlah limbah tekstil merupakan salah satu cara yang efektif untuk memenuhi persyaratan lingkungan untuk industri. Untuk industri tekstil sendiri, salah satu metode yang digunakan adalah dengan memberi pendidikan dan pemahaman bagi konsumen. Metode ini lebih mudah diterapkan di negara maju dengan daya beli yang lebih tinggi dan permintaan akan pakaian yang lebih tinggi dibanding negara berkembang. Sebagai contoh, untuk para desainer, pembuatan desain baju perlu memikirkan beberapa hal sebelum membuat pola baju seperti materi yang akan digunakan dan tentu saja estetikanya.

Untuk eco-designer, perlu juga mempertimbangkan beberapa elemen seperti: menciptakan produk yang tahan lama dan memiliki fungsi yang lebih baik, menggunakan bahan pra-konsumen yang didaur ulang, mengurangi berat dan volume produk dengan menggunakan materi yang lebih ringan, membuat produk yang dapat digunakan lagi. Jika desiner meletakkan elemen-elemen tersebut pada rancangan bajunya, maka inisiatif mencegah limbah industri tekstil akan berlangsung efektif.

Untuk konsumen, mereka perlu mengambil keputusan yang ramah lingkungan dengan membeli pakaian yang sesuai dengan kebutuhan. Konsumen juga perlu mempertimbangkan pakaian yang bisa dipakai dalam waktu yang panjang sehingga tidak perlu mengganti pakaian dengan membeli terlalu sering.

Pemanfaatan Limbah Batu Bara

Penggunaan batu bara sebagai salah satu sumber energi tentu memberikan dampak juga. Pembakaran batu bara yang digunakan di pembangkit listrik menimbulkan dampak berupa sisa pembakaran. Sisa pembakaran batu bara juga dikenal dengan fly ash. Umumnya, manajemen fly ash sering kali mengalami kesulitan padahal pemanfaatan limbah ini dapat membawa beberapa keuntungan.

Mengolah Fly Ash?

Operator pembangkit listrik tenaga batu bara perlu mengatur pengeluaran, pemasukan, serta risiko agar dapat terus beroperasi. Jika berhasil mengatur fly ash menjadi bagian yang penting maka keberhasilan tersebut juga menjadi milik pembangkit listrik. Dalam lingkungan bisnis, pembangkit listrik perlu mengontrol pengeluar, modal kapital, serta risiko dan segera memulai manajemen penggunaan batu bara. Pemanfaatan limbah tersebut akan memberikan kesempatan yang signifikan di beberapa area:

  • Mengurangi ongkos dan manajemen pengeluaran untuk lahanp pembuangan. Dengan mengurangi jumlah fly ash secara signifikan maka perusahaan dapat mengurangi biaya berlebihan pada penggunaan lahan.
  • Menghindari tanggung jawab di masa depan. Dengan mendaur ulang fly ash perusahaan mengurangi dampak negatif dari pelanggaran regulasi lingkungan di masa depan.
  • Solusi ramah lingkungan.

Pemanfaatan Limbah Batu Bara Fly Ash

Seperti dicatat oleh kompas.com, menurut Kepala Pusat Litbang Permukiman, fly ash pada dasarnya dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi material yang berguna. Dengan mengenalkan teknologi pengolahan fly ash, bahan tersebut dapat digunakan kembali dan memiliki nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat sekitar. Teknologi ini mampu mengubah fly ash menjadi paving block dengan kualitas yang baik. Pemanfaatan limbah batu bara perlu membudidayakan teknologi dan tenaga yang sudah ada. Dengan dikenalkannya teknologi ini pada masyarakat, masyarakat dapat menjadi inovatif dan akhirnya dapat memberikan pekerjaan bagi anak-anak muda.

Pemanfaatan limbah batu bara tentu juga membutuhkan konsistensi dari masyarakat berupa transfer teknologi yang distributif. Diharapka teknologi pengolahan fly ash dapat menjadi salah satu teknologi yang mampu dinikmati oleh kalangan masyarakat kelas bawah. Menggunakan paving block yang terbuat dari fly ash merupakan salah satu hasil yang membanggakan dan Puskim akan berusaha untuk terus mengembangkan teknologi-teknologi yang berguna untuk masyarakat.

Karakteristik Limbah B3 Industri

Sebuah industri manufaktur pada umumnya menghasilkan limbah yang dihasilkan dari bahan proses produksi. Dalam industri, pengenalan karakteristik limbah berguna untuk pengelolaan selanjutnya. Karena pengolahan baik itu secara fisika, kimia, maupun biologis disesuaikan berdasar reaksinya. Khususnya pada limbah B3 terdapat beberapa karakter yang dimiliki sehingga sebuah limbah dapat dikategorikan sebagai limbah B3, yaitu:

1. Mudah Terbakar
Limbah yang mudah terbakar dapat menciptakan api dalam beberapa kondisi seperti, dapat menyala tiba-tiba atau memiliki suhu di bawah 60 derajat Celsius. Contohnya adalah limbah minyak. Dan limbah dengan karakteristik ini perlu diuji melalui beberapa metode yang diadopsi oleh perusahaan.

2. Korosif
Karakter ini merupakan karakter yang mampu membuat lempeng besi/baja berkarat.

3. Reaktif
Limbah yang reaktif merupakan limbah yang tidak stabil di bawah kondisi normal. Mudah meledak, dapat menyebarkan aroma beracun, gas, dan uap jika dipanaskan, dikompres, atau dicampur dengan air.

4. Beracun
Limbah beracun memiliki efek dan dampak yang fatal apabila dicerna atau diserap (contoh: merkuri). Ketika limbah beracun dibuang ke tanah, cairan yang terkontaminasi dapat mengalir dan mencemari air bawah tanah.

Jika salah satu karakter di atas dipenuhi oleh satu jenis limbah maka limbah tersebut dikategorikan sebagai limbah B3 dan pengolahannya perlu mendapat perhatian yang cukup.

Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia telah menetapkan beberapa regulasi yang mengatur pengelolaan limbah B3 meskipun beberapa perusahaan sempat mengajukan keberatan. Keberatan tersebut antara lain tidak adanya penggolongan yang spesifik dari Kementerian sehingga semua jenis limbah berpotensi menjadi limbah B3. Maka dari itulah pelaku industri perlu dilibatkan dalam pembuatan kebijakan agar terdapat kesinambungan antara kebijakan dan aplikasinya di lapangan. Pengolahan limbah B3 tidak hanya melibatkan pemerintah sebagai pengawas dan pengatur regulasi namun juga perlu melibatkan semua pihak agar pengolahan limbah B3 menjadi lebih terintegrasi.

Mengenal Sistem Pengolahan Air Minum Dalam Kemasan

Isu pengolahan air tidak hanya berputar di sekitar pengolahan air untuk publik namun pengolahan air dalam kemasan juga memiliki proses dan ketentuan yang sistematis. Karena air dalam kemasan juga menjadi konsumsi publik maka kualitasnya pun perlu mendapat perhatian. Meskipun air dalam kemasan merupakan bagian dari industri dan bisnis, perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kualitas air yang diambil dari sumber mata air dan bagaimana menjaga ketahanan lingkungan dari proses operasi. Beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh perusahaan pengolah air dalam kemasan adalah: 

1. Proses Sistem Pengolahan Air

Pada proses ini perusahaan mencari dan mengidentifikasi sumber air mana yang layak untuk diproses secara fisika dan kimia. Pada tahap ini juga perusahaan menyediakan teknologi filter secara mendetail, yang nantinya akan digunakan dalam pengolahan air selanjutnya.

2. Strerilisasi

Proses ini harus dilakukan secara baik dan benar karena kualitas airnya dapat mempengaruhi kesehatan konsumen. Biasanya perusahaan air dalam kemasan menggunakan proses ozonisasi dimana ada pencampuran gas ozon ke dalam air yang telah diproses di tahap pertama. Ozon di sini berfungsi sebagai pembunuh kuman, bakteri, serta virus yang kemungkinan masih ada di dalam air. Lalu kemudian air diproses melalui proses ultra violet yang bertujuan untuk mensterilkan air sebelum masuk ke kemasan.

3. Quality Control

Proses ini dilakukan secara bertahap dan kontinu untuk memastikan agar air yang dikemas benar-benar stabil dan terjamin kualitasnya. Setiap pengolahan air minum dalam kemasan memiliki laboratorium kecil yang digunakan untuk mengontrol kualitas produksi serta kualitas mesin yang digunakan untuk mengolah.

Tiga tahap ini merupakan tahap proses pengolahan air minum dalam kemasan yang harus dilakukan tiap bisnis agar air minum yang beredar di masyarakat benar-benar air berkualitas. Menjaga kestabilan produk menjadi tanggung jawab perusahaan agar konsumen dapat menikmati air minum yang bersih dan sehat.